sel galvani

Sel galvani
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta.

Rangkaian Sel Galvani



Contoh rangkaian sel galvani.
sel galvani terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
  1. voltmeter, untuk menentukan besarnya potensial sel.
  2. jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan.
  3. anode, elektrode negatif, tempat terjadinya reaksi oksidasi. pada gambar, yang bertindak sebagai anode adalah elektrode Zn/seng (zink electrode).
  4. katode, elektrode positif, tempat terjadinya reaksi reduksi. pada gambar, yang bertindak sebagai katode adalah elektrode Cu/tembaga (copper electrode).
Proses dalam Sel Galvani
Pada anode, logam Zn melepaskan elektron dan menjadi Zn2+ yang larut.
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Pada katode, ion Cu2+ menangkap elektron dan mengendap menjadi logam Cu.
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam Cu bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah:
            Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)

Notasi Sel
Rangkaian sel volta dapat ditulis dalam bentuk notasi atau diagram sel. Dalam menuliskan diagram sel, anoda dituliskan di sebelah kiri dan katoda di sebelah kanan yang dipisahkan oleh jembatan garam. Jembatan garam dilambangkan dengan dua garis sejajar (||). Secara umum, notasi sel dituliskan sebagai berikut:

anoda | Larutan | | Larutan | katoda
sehingga pada sel volta di atas dituliskan dalam bentuk notasi sel :
Zn | Zn2+ | | Cu2+ | Cu
Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anoda terjadi reaksi oksidasi Zn menjadi
Zn2+ , sedangkan di katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu.

Potensial Elektroda Standar
Pada sel volta yang tersusun dari Pada sel volta yang tersusun dari elektroda Zn dan Cu, ternyata elektroda Zn mengalami oksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa logam Zn lebih cenderung mengalami oksidasi dibandi kan logam Cu. Untuk membandingkan kecenderungan logam-logam mengalami oksidasi digunakan elektroda hydrogen sebagai pembanding yang potensial elektrodanya adalah 0 volt. Potensial sel yang dihasilkan oleh elektroda logam dengan elektroda hidrogen pada kondisi standar, yaitu pada suhu 25°C, tekanan gas 1 atmosfer dan konsentrasi ion-ion 1M disebut potensial elektroda standar logam tersebut dan diberi lambang E°.
Potensial elektrode berkaitan dengan reaksi redoks sehingga ada dua jenis potensial elektrode, yaitu potensial reduksi dan potensial oksidasi . potensial oksidasi merupakan nilai yang sama dengan potensial reduksi dengan tanda berlawanan.
E° oksidasi = – E° reduksi
Contoh :
Reaksi reduksi :          Zn2+ + 2e → Zn          E° = -0,76 volt
Reaksi oksidasi :          Zn→ Zn2+ + 2e           E° = +0,76 volt

Potensial Sel
perbedaan potensial dari kedua elektroda (katoda dan anoda) disebut beda potensial atau   potensial sel standar yang diberi lambar Esel.
Esel = E° katoda – E°anoda
Katoda merupakan tempat terjadi reaksi reduksi sehingga mempunyai E° lebih besar, sedangkan anoda merupakan tempat terjadi reaksi oksidasi sehingga mempunyai harga E° lebih kecil.
Potensial sel dapat digunakan untuk memperkirakan spontan tidaknya suatu reaksi redoks. Reaksi redoks berlangsung spontan bila Esel > 0 (positif) dan tidak spontan bila Esel < 0 (negatif).

Deret Volta
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
  • Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
  • Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
  • Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
  • Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami reduksi




0 komentar:

Posting Komentar