Kelimpahan Gulma


BAB I PENDAHULUAN

a.    Latar belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati dengan cara bercocok tanam yang kegiatannya meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, penyiangan, pemupukan sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal demi kelangsungan hidup manusia.  
Kegiatan pertanian tak luput dari banyaknya hambatan yang dapat mengganggu proses pengolahan tanah, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sampai yang mempengaruhi hasil produksi. Gulma merupakan satu dari hambatan tersebut.
Gulma berbeda dengan tumbuhan liar maupun liberal. Tumbuhan yang tumbuh dihabitat alaminya yang belum mengalami kerusakan merupakan tumbuhan liar dan yang tumbuh dihabitat alami namun telah mengalami kerusakan disebut Ruderal. Sedangkan Gulma adalah tumbuhan yang tidak dinginkan yang tumbuh dalam suatu areal pertanian atau area budidaya.
Gulma tidak diinginkan karena banyak memberikan dampak negatif bagi tanaman. Secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu persaingan diatas tanah dan persaingan dibawah tanah. Persaingan diatas tanah meliputi: persaingan dalam mengambil cahaya matahari/Co2, luas areal tumbuh, dan sebagainya. Sedangkan persaingan dibawah tanah meliputi: area tumbuh akar, perebutan mineral dan unsur hara. Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan gulma, tentu membuat gulma ini harus dikendalikan. Pengendalian gulma dapat dilakukan baik secara alami maupun kimiawi tergantung karakteristik gulma yang akan dikendalikan.
Gulma memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman, yaitu: pertumbuhannya cepat, menghasilkan biji yang banyak, beberapa mempunyai alat reproduksi ganda yaitu secara generatif dan vegetatif, biji matang tidak serempak, plastisitas dan enviromental atau mempunyai daya adaptasi tinggi, bijinya sama seperti biji tanaman budidaya sehingga sulit dibedakan seperti antara Accinocloa dan padi, biji bersifat viabel, cadangan makanan berfungsi, dan berkembang biak saat masih muda.
Karakteristik gulma menunjukkan bahwa biji gulma pada satu tumbuhan tidak berkecambah secara serempak, karena sebagian belum matang dan mengalami dormasi sehingga dalam keadaan seperti ini biji gulma yang telah jatuh dapat tersebar kemana saja baik karena faktor alami maupun mekanik seperti terbawa alsintan atau manusia yang menyebabkannya tumbuh ditempat lain. Selain itu, biji yang jatuh dapat juga tertanam didalam tanah dan mengalam dormansi sehingga dapat tumbuh kapanpun.
Dormasi benih pada gulma merupakan fase istirahat sebelum metabolisme aktif dan benih berkecambah. Dormansi benih dapat bersifat fisik dan fisiologis atau dormasi primer (innate), dormasi sekunder (induced), dan enforced.
Penyebaran benih gulma dapat melalui dimensi ruang dan waktu seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Penyebaran melalui ruang melibatkan pergerakan fisik biji gulma dari satu ke tempat yang lain. Sedangkan Penyebaran melalui dimensi waktu adalah kemampuan biji untuk tetap berada dalam kondisi dorman selama periode waktu tertentu.
Jumlah biji gulma yang jatuh per unit area ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: Ketinggian dan jarak biji berasal, banyaknya biji pada tumbuhan asal, daya sebar biji gulma (tentang assesori biji gulma, berat biji, dll) dan aktivitas agen penyebar. Keberhasilan penyebaran suatu spesies ditingkatkan oleh kondisi dormansinya. Jika suatu waktu 5 biji jatuh pada kondisi mikroklimat yang sesuai untuk bertahan, maka biji tersebut masih akan tetap dorman.
Kondisi benih gulma seperti jumlah biji viabel yang tersimpan di permukaan tanah dan di dalam tanah disebut dengan Seed bank. kondisi benih yang terdapat dalam seed bank berbeda-beda tidak seluruhnya akan tumbuh, beberapa akan mati, terurai atau dimakan oleh predator sebelum berkecambah. Benih yang dimakan oleh predator biasanya yang berada diatas tanah. Predator benih gulma biasanya adalah tikus, burung, jangkrik, dan kumbang tanah, kehadiran predator efektif untuk mengurangi benih biji gulma. Dalam seed bank, Benih gulma tersebar baik secara horizontal maupun vertikal dalam profil tanah. Distribusi Horizontal benih gulma mengikuti arah baris tanaman, sedangkan jenis persiapan lahan merupakan faktor utama yang menentukan distribusi vertikal benih gulma dalam profil tanah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat betapa pentingnya untuk mempelajari vegetasi dan kelimpahan gulma pada suatu areal agar dapat diketahui jumlah dan jenis gulma yang tumbuh serta cara mengatasinya.

b.    Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui terminologi gulma dan karakteristik gulma.
2. Mengetahui macam dormansi benih pada gulma.
3. Mengetahui Seed Dispersal (Penyebaran benih Gulma)
4. Mengetahui keberadaan Weed seed bank Pada suatu areal tertentu
5. Mengetahui pengaruh kedalaman tanah terhadap keberadaan Weed seed bank di suat areal tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gulma merupakan tumbuhan lain yang tumbuh pada areal tanaman budidaya, di sekitar tanaman pokok, atau tumbuhan yang tidak dikehendaki pertumbuhannnya pada lahan tanaman budidaya karena dapat menimbulkan kerugian pada tanaman pokok (Rosanti, 2011).
Faktor gulma yang mempengaruhi tingkat persaingan adalah jenis gulma, tingkat kepadatan, pola pertumbuhan dan umur gulma. Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan besarnya gangguan gulma. Pada tingkat kerapatan gulma yang rendah persaingan gulma dengan tanaman belum terjadi sehingga penurunan atau kehilangan hasil belum terlihat. Sedangkan pada saat kerapatan gulma melebihi ambang kerusakan tanaman maka kerapatan tanaman akan menurun (Sembodo, 2010).
Sifat gulma yang berbeda – beda menentukan besarnya persaingan antar gulma dan tanaman begitupula dengan tingkat kerapatan gulma. Pada tingkat kerapatan yang rendah, persaingan antar gulma dan tanaman masih rendah sehingga kehilangan hasil belum terlihat, sedangkan tingkat kerapatan yang tinggi melebihi ambang kerusakan tanaman, menyebabkan hasil tanaman menurun (Sembodo, 2010).
Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010)
Komunitas gulma dari satu tempat ke tempat yang lainnya tidaklah sama. Keberadaan gulma pada suatu tempat (jenis pertanaman) mengindikasikan adanya adaptasi dan dominasi gulma yang akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan mikro seperti unsur-unsur hara, kelembaban, dan lain-lain pada tempat tersebut (Hamid, 2010).
Komposisi komunitas gulma juga tidak sama pada setiap umur tanaman. Perbedaan umur tanaman menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma. Jenis-jenis gulma pada tanaman yang masih memiliki persentase penutupan tajuk kecil adalah beragam dan sebaliknya pada tanaman yang tajuknya sudah menutupi permukaan tanah akan didominasi oleh gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001 dalam Rosanti 2011).
Perencanaan yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pengendalian gulma. Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan pengendalian gulma adalah dengan terlebih dahulu melakukan analisis vegetasi yang bertujuan untuk mengetahui komposisi vegetasi dan menetapkan suatu jenis gulma dominan, mengetahui tingkat kelimpahan vegetasi gulma, dan mengetahui struktur umur populasi gulma. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat analisis vegetasi diantaranya adalah mengidentifikasi gulma dan melakukan analisis terhadap vegetasi gulma. Data yang diperoleh melalui analisis vegetasi dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu penyebaran, stratifikasi, dan periodisitas. Data kuantitatif yaitu jumlah gulma ,bobot, ukuran, luas daerah yang ditumbuhi gulma atau tingkat penutupan gulma, dan sebagainya sebagai penjabaran dari pengamatan petak contoh di lapangan (Sembodo, 2010).
Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010).
Biji spesies gulma setahun (perennial weed spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds, melalui kedalaman letak biji gulma dapat diketahui bagaimana besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok. Perlu direncanakan pola tanam yang tepat untuk mengetahui bagaimana keadaan suatu gulma dapat berkecambah dalam lingkungan yang memungkinkan (Sukman dan Yakup, 2001 dalam Hasyim, 2016).
Keberadaan gulma saat ini ditentukan oleh simpanan biji gulma dalam tanah (weed seed bank). Weed seed bank merupakan sumber utama gulma di lahan pertanian. Sebagian besar gulma memulai siklus hidupnya dari biji tunggal dalam tanah. Kemudian biji-biji tersebut tumbuh hingga menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji-biji tersebut kembali ke tanah sebagai seed bank dan menjadi sumber populasi gulma untuk masa yang akan datang. (Syofia, 2018).
Seed bank adalah dorman dari gulma yang berada di dalam tanah yaitu berupa biji, stolon dan rimpang, yang akan berkembang menjadi individu gulma jika kondisi lingkungan mendukung. Seed bank umumnya paling banyak berada dipermukaan tanah. Tetapi adanya retakan tanah dapat menyebabkan perubahan ukuran seed bank (seed bank size) menurut kedalaman tanah. Pada tanah tanpa gangguan, seed bank berada pada kedalaman 2- 5 cm dari permukaan tanah. Tetapi pada tanah pertanian, seed bank berada 12-16 cm di atas permukaan tanah (Santosa et all.,2009; Syofia,2016).
Banyaknya seed bank antara lain dapat dipengaruhi oleh sistem pertanian dan pengolahan tanah, Pertanian Organik meningkatkan keanekaragaman jenis gulma, seed bank gulma meningkat 28% pada lahan dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang. Pengolahan tanah menggunakan bajak ditemukan seed bank viable pada permukaan sampai kedalaman 5 cm, tanpa pengolahan tanah menggunakan cangkul didapatkan biji 61% di dekat permukaan tanah (Syofia, 2018)
Perbedaan tingkat pengolahan tanah menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis biji gulma yang terkandung di dalamnya. Tingkat perkecambahan biji akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan kedalaman biji tersebut tersimpan dan semakin jarangnya pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan tersebut (Trias, 2018).
Informasi   tentang   cadangan biji   di dalam   tanah   penting   dalam   studi   ekologi komunitas   karena   dapat   menggambarkan vegetasi yang ada di atasnya dan juga untuk mengetahui  potensi jenis  tanaman  lain  yang akan  tumbuh  di  habitat  tersebut. (Zuhri,2011)


BAB III BAHAN DAN METODA

a.    Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 1 september 2019  di lahan percobaan untuk pengambilan sampel tanah dan pada tanggal 5 september 2019  untuk pengerjaan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang

b.    Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan adalah Plastik Mika ukuran besar, sprayer, air, alat tulis, kamera dan dokumentasi. Sedangkan bahannya adalah 1 kg sampel tanah yang sudah dikering anginkan

c.    Cara kerja
Pengambilan tanah dilakukan beberapa hari sebelum praktikum di labor, dengan pembagian kelompok per kedalaman tanah yang akan diambil: 0-10 cm dan 10-20 cm. Kemudian, Timbang tanah yang sudah dikering anginkan sebanyak ½ kg per plastik Mika, lalu diberi label. Tanah disemprot dengan air 1 kali dalam 2 hari (kondisikan tanah dalam keadaan lembab). Penyiraman dilakukan selama 4 minggu, dan pengamatan dilakukan 1 x pada saat hari terakhir penyiraman, dengan variabel pengamatannya: Jumlah Gulma yang tumbuh dan bobot basah atau bobot kering gulma. Kemudian masukkan data pengamatan ke dalam log book praktikum.










BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Kelimpahan gulma
Kelompok
Jumlah gulma
Bobot Segar (gr)
Bobot Kering (gr)
U1
U2
U1
U2
U1
U2
1
8
27
0,0233
0,0604
0,0045
0,0180
2
22
111
0,0726
0,6059
0,0199
0,2023

B.  Pembahasan
Pada praktikum ini, digunkan sampel tanah yang biasa digunakan untuk olahan tanaman pertanian. Sampel tanah yang digunakan berbeda untuk setiap kelompok berdasarkan tingkat kedalaman tanah. Sampel yang digunakan oleh kelompok 1 adalah sampel tanah pada kedalaman 0-10 cm sedangkan kelompok 2 menggunakan sampel tanah pada kedalaman 10-20 cm. Dari data yang didapat dapat dilihat bahwa pada hasil pengamatan kelompok 1 jumlah gulma yang didapat lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok 2. Hal ini sesuai dengan penelitian Santoso (2009) yaitu, Pada tanah pertanian seed bank berada diantara kedalaman 12-16 cm diatas permukaan tanah. Namun, pada tanah tanpa gangguan seed bank pada umumnya berada dikedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah.
Keberadaan biji gulma berbeda-beda tergantung tingkat kedalaman tanah, fungsi tanah, dan teknis pengolahan tanah sebelumnya. Menurut Syofia (2016), perbedaan tingkat pengolahan tanah menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis biji gulma yang terkandung di dalamnya. Jumlah keseluruhan biji gulma yang berkecambah dari tegalan lebih tinggi daripada sawah dan pekarangan. Tingkat perkecambahan biji akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan kedalaman biji tersebut tersimpan dan semakin jarangnya pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan tersebut. Banyaknya cadangan biji gulma yang dijumpai pada kedalaman 10-20 cm dikarenakan pengolahan tanah yang dilakukan pada masa sebelum tanam. Tanah yang telah dibalik membuat biji gulma ikut berpindah tempat menuju kedalaman tanah yang lebih dalam.
Menurut hasil penelitian Syofia (2018), Pertanian Organik meningkatkan keanekaragaman jenis gulma, seed bank gulma meningkat 28% pada lahan dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang. Pengolahan tanah menggunakan bajak ditemukan seed bank viable pada permukaan sampai kedalaman 5 cm, tanpa pengolahan tanah menggunakan cangkul didapatkan biji 61% di dekat permukaan tanah. Hal yang sama juga ditemukan pada lapisan 10-20 ulangan 2 didapatkan jumlah gulma yang sangat banyak dibandingkan yang lainnya dengan jenis yang berbeda-beda.
Banyaknya gulma yang tumbuh baik pada lapisan pertama maupun kedua menunjukkan bahwa sifat biji gulma yang memiliki viabilitas yang baik sehingga dapat bertahan bahkan sampai bertahun-tahun didalam tanah seperti pada annual weed spesies dan biji tersebut tumbuh jika syarat tumbuhnya telah terpenuhi. Pertumbuhan gulma dikontrol secara hormonal dan lingkungan. Faktor non-hormonal adalah kulit biji, suhu, cahaya, ketinggian tempat, dan posisi biji dalam tanah. Gulma yang tumbuh ketika dilakukan pengamatan dapat tumbuh dengan baik  karena diberikan perlakuan penyiraman yang intensif sehingga tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan biji akibatnya biji gulma kembali aktif melakukan metabolismenya untuk berkecambah. Selain itu, sampel tanah yang digemburkan dan terangkatnya biji gulma kelapisan atas permukaan tanah sehingga mendapat cahaya matahari yang cukup juga semakin mendukung untuk pertumbuhan gulma.
Menurut marshal et al. (2014), adanya air yang cukup akan mempercepat proses tumbuhnya seed bank, tetapi tidak mutlak mempercepat waktu tumbuhnya gulma, karena kecepatan tumbuh seed bank dipengaruhi oleh viabilitas biji dan cadangan makan yang terdapat dalam biji gulma. Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah (seedling emergence). Dari hasil pengamatan sampel tanah, umur muncul tanaman berbeda-beda. Namun, rata-rata gulma mulai tumbuh pada umur 2 minggu setelah diberi perlakuan. Keberadaan vegetasi gulma pada tanah menentukan teknis dan tingkat kedalaman pengolahan lahan, serta perlakuan terhadap lahan sebelum lahan digunakan terutama untuk lahan pertanian.
BAB V PENUTUP

a.    Kesimpulan
Seed bank lebih banyak pada lapisan tanah kedua yaitu pada kedalaman 10-20 cm daripada lapisan tanah pertama (top soil) pada kedalaman 0-10 cm. Hal ini dibuktikan pada banyaknya vegetasi gulma yang tumbuh pada sampel tanah yang diamati. Vegetasi gulma yang tumbuh dari berbagai jenis dengan umur muncul tanaman berbeda-beda, sesuai dengan karakteristik gulma yaitu memiliki viabilitas biji yang baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa biji gulma dapat tersimpan didalam tanah sangat lama sampai cadangan makanan benih habis dan dapat tumbuh sewaktu-waktu jika syarat tumbuhnya terpenuhi.
Pengolahan tanah untuk lahan pertanian harus dilakukan secara tepat agar biji gulma pada tanah tidak tumbuh, hal ini dapat dilakukan dengan membalikkan tanah atau memberi perlakuan secara kimiawi, fisika, maupun biologi.

b.    Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya materi kelimpahan gulma ini juga mengidentifikasi gulma yang tumbuh dan menghitung tingkat kerapatan gulma sesuai rumus pada modul.


DAFTAR PUSTAKA

Fenner, M. 1995. Ecology of seed banks, p. 507-528. In. J. Kigel and G. Galili (eds.). Seed Development and Germination. Marcel Dekker, NY. dalam Edi Santosa, Sofyan Zaman dan Intan Dewi Puspitasari. Simpanan Biji Gulma dalam Tanah di Perkebunan Teh pada Berbagai Tahun Pangkas. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 46 – 54 (2009)
Hamid, I. 2010. Identifikasi Gulma pada Areal Pertanaman Cengkeh (Eugenia Aromatica) di Desa Nalbessy Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU- Ternate). 3 (1): 62 – 71
Marshal P. Siahaan, Edison Purba,Teuku Irmansyah. 2014. Komposisi Dan Kepadatan Seed Bank Gulma Pada Berbagai Kedalaman  Tanah  Pertanaman Palawija Balai Benih Induk Tanjung Selamat. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.3 : 11 81-1189, Juni 2014
Rosanti, D. 2011. Jenis-Jenis Gulma di Perkebunan Karet Desa Tanah Abang Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Sainmatika. 8 (2): 8 – 13.
Santosa,  E.,  S.  Zaman,  dan  I.  D.  Puspitasari, 2009.   Simpanan   Biji Gulma   dalam Tanah    di    Perkebunan    Teh    pada Berbagai  Tahun  Pangkas.  J.  Agron. Indonesia 37 (1) : 46 –54 (2009).
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 168 hlm.
Sukman, Y., dan Yakup. 2002. Gulma dan Tehnik Pengendalianya. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, dalam Hasyim marga. 2016. Skripsi: seed bank gulma pada berbagai pola tanam di lahan pasir pantai. Yogyakarta: universitas PGRI
Santosa,E. D. Sofyan, Z. dan Intan DP. 2009. Adscendens Diindikasikan Memiliki Daya Tahan ≥ 3 Tahun,. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 46 – 54, dalam Syofia,irna, murni,radiah. Keanekaragaman Komunitas Gulma Dalam Tanah Pada Tingkat Kedalaman Dan Jarak Pengambilan Tanah Di Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2018 Volume 21 No. 2. DOI: https://doi.org/10.30596/agrium.v21i2.1878
Syofia,irna, murni,radiah. Keanekaragaman Komunitas Gulma Dalam Tanah Pada Tingkat Kedalaman Dan Jarak Pengambilan Tanah Di Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2018 Volume 21 No. 2. DOI: https://doi.org/10.30596/agrium.v21i2.1878
Trias Bawi Palupi. 2016. Perkecambahan Biji Gulma Pada Berbagai Soil Seed bank. Universitas Gadjah Mada, Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Wahyudi, T., Panggabean T. R., Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. 364 hlm.
Zuhri M dan Z Mutaqien. 2011.”Potensi Cadangan  Biji  di  dalam  Tanah  pada Hutan  Sekunder  Wornojiwo”. Prosiding Seminar  Nasional  HUT Kebun  Raya  Cibodas Ke-159. Hal. 261-264


ATTACHMENT

1.    Documentation
No.
Pictures
information
1.
Samples taken in the field are put into seed bags
2.
Weeds that grow from samples
10-20 cm
3.
Weeds that grow from samples
0-10 cm
4.
After observing for 4 weeks the weight of the wet weeds that grow
5.
Weed is roasted
6.
Weed that has been roasted is calculated dry weight
7.
weighing dry weight







0 komentar:

Posting Komentar