BAB I PENDAHULUAN
a. Latar
belakang
Pertanian
adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati dengan cara bercocok tanam yang
kegiatannya meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, penyiangan,
pemupukan sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal demi kelangsungan
hidup manusia.
Kegiatan
pertanian tak luput dari banyaknya hambatan yang dapat mengganggu proses
pengolahan tanah, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sampai yang
mempengaruhi hasil produksi. Gulma merupakan satu dari hambatan tersebut.
Gulma
berbeda dengan tumbuhan liar maupun liberal. Tumbuhan yang tumbuh dihabitat
alaminya yang belum mengalami kerusakan merupakan tumbuhan liar dan yang tumbuh
dihabitat alami namun telah mengalami kerusakan disebut Ruderal. Sedangkan Gulma adalah tumbuhan yang tidak dinginkan yang
tumbuh dalam suatu areal pertanian atau area budidaya.
Gulma
tidak diinginkan karena banyak memberikan dampak negatif bagi tanaman. Secara
umum dibagi menjadi dua kategori yaitu persaingan diatas tanah dan persaingan
dibawah tanah. Persaingan diatas tanah meliputi: persaingan dalam mengambil
cahaya matahari/Co2, luas areal tumbuh, dan sebagainya. Sedangkan persaingan
dibawah tanah meliputi: area tumbuh akar, perebutan mineral dan unsur hara. Banyaknya
dampak negatif yang ditimbulkan gulma, tentu membuat gulma ini harus dikendalikan.
Pengendalian gulma dapat dilakukan baik secara alami maupun kimiawi tergantung
karakteristik gulma yang akan dikendalikan.
Gulma
memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman, yaitu: pertumbuhannya
cepat, menghasilkan biji yang banyak, beberapa mempunyai alat reproduksi ganda
yaitu secara generatif dan vegetatif, biji matang tidak serempak, plastisitas
dan enviromental atau mempunyai daya
adaptasi tinggi, bijinya sama seperti biji tanaman budidaya sehingga sulit
dibedakan seperti antara Accinocloa dan
padi, biji bersifat viabel, cadangan makanan berfungsi, dan berkembang biak
saat masih muda.
Karakteristik
gulma menunjukkan bahwa biji gulma pada satu tumbuhan tidak berkecambah secara
serempak, karena sebagian belum matang dan mengalami dormasi sehingga dalam
keadaan seperti ini biji gulma yang telah jatuh dapat tersebar kemana saja baik
karena faktor alami maupun mekanik seperti terbawa alsintan atau manusia yang
menyebabkannya tumbuh ditempat lain. Selain itu, biji yang jatuh dapat juga
tertanam didalam tanah dan mengalam dormansi sehingga dapat tumbuh kapanpun.
Dormasi
benih pada gulma merupakan fase istirahat sebelum metabolisme aktif dan benih
berkecambah. Dormansi benih dapat bersifat fisik dan fisiologis atau dormasi
primer (innate), dormasi sekunder (induced), dan enforced.
Penyebaran
benih gulma dapat melalui dimensi ruang dan waktu seperti yang dijelaskan pada
paragraf sebelumnya. Penyebaran melalui ruang melibatkan pergerakan fisik biji
gulma dari satu ke tempat yang lain. Sedangkan Penyebaran melalui dimensi waktu
adalah kemampuan biji untuk tetap berada dalam kondisi dorman selama periode
waktu tertentu.
Jumlah
biji gulma yang jatuh per unit area ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
Ketinggian dan jarak biji berasal, banyaknya biji pada tumbuhan asal, daya
sebar biji gulma (tentang assesori biji gulma, berat biji, dll) dan aktivitas
agen penyebar. Keberhasilan penyebaran suatu spesies ditingkatkan oleh kondisi
dormansinya. Jika suatu waktu 5 biji jatuh pada kondisi mikroklimat yang sesuai
untuk bertahan, maka biji tersebut masih akan tetap dorman.
Kondisi
benih gulma seperti jumlah biji viabel yang tersimpan di permukaan tanah dan di
dalam tanah disebut dengan Seed bank.
kondisi benih yang terdapat dalam seed
bank berbeda-beda tidak seluruhnya akan tumbuh, beberapa akan mati, terurai
atau dimakan oleh predator sebelum berkecambah. Benih yang dimakan oleh
predator biasanya yang berada diatas tanah. Predator benih gulma biasanya
adalah tikus, burung, jangkrik, dan kumbang tanah, kehadiran predator efektif
untuk mengurangi benih biji gulma. Dalam seed
bank, Benih gulma tersebar baik secara horizontal maupun vertikal dalam
profil tanah. Distribusi Horizontal benih gulma mengikuti arah baris tanaman,
sedangkan jenis persiapan lahan merupakan faktor utama yang menentukan
distribusi vertikal benih gulma dalam profil tanah.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dilihat betapa pentingnya untuk mempelajari vegetasi dan
kelimpahan gulma pada suatu areal agar dapat diketahui jumlah dan jenis gulma
yang tumbuh serta cara mengatasinya.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui terminologi gulma dan karakteristik gulma.
2.
Mengetahui macam dormansi benih pada gulma.
3.
Mengetahui Seed Dispersal (Penyebaran benih Gulma)
4.
Mengetahui keberadaan Weed seed bank
Pada suatu areal tertentu
5.
Mengetahui pengaruh kedalaman tanah terhadap keberadaan Weed seed bank di suat areal tertentu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gulma merupakan
tumbuhan lain yang tumbuh pada areal tanaman budidaya, di sekitar tanaman
pokok, atau tumbuhan yang tidak dikehendaki pertumbuhannnya pada lahan tanaman
budidaya karena dapat menimbulkan kerugian pada tanaman pokok (Rosanti, 2011).
Faktor gulma yang
mempengaruhi tingkat persaingan adalah jenis gulma, tingkat kepadatan, pola
pertumbuhan dan umur gulma. Perbedaan kerapatan gulma akan menentukan besarnya
gangguan gulma. Pada tingkat kerapatan gulma yang rendah persaingan gulma
dengan tanaman belum terjadi sehingga penurunan atau kehilangan hasil belum
terlihat. Sedangkan pada saat kerapatan gulma melebihi ambang kerusakan tanaman
maka kerapatan tanaman akan menurun (Sembodo, 2010).
Sifat gulma yang
berbeda – beda menentukan besarnya persaingan antar gulma dan tanaman
begitupula dengan tingkat kerapatan gulma. Pada tingkat kerapatan yang rendah,
persaingan antar gulma dan tanaman masih rendah sehingga kehilangan hasil belum
terlihat, sedangkan tingkat kerapatan yang tinggi melebihi ambang kerusakan
tanaman, menyebabkan hasil tanaman menurun (Sembodo, 2010).
Keberadaan
gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan
sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan
penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang
dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan
hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian –
kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan
(Hamid, 2010)
Komunitas gulma dari
satu tempat ke tempat yang lainnya tidaklah sama. Keberadaan gulma pada suatu
tempat (jenis pertanaman) mengindikasikan adanya adaptasi dan dominasi gulma
yang akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan mikro seperti unsur-unsur
hara, kelembaban, dan lain-lain pada tempat tersebut (Hamid, 2010).
Komposisi komunitas
gulma juga tidak sama pada setiap umur tanaman. Perbedaan umur tanaman
menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma. Jenis-jenis gulma pada
tanaman yang masih memiliki persentase penutupan tajuk kecil adalah beragam dan
sebaliknya pada tanaman yang tajuknya sudah menutupi permukaan tanah akan
didominasi oleh gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001 dalam Rosanti 2011).
Perencanaan yang tepat
adalah salah satu kunci keberhasilan dalam pengendalian gulma. Langkah-langkah
yang dianjurkan dalam melakukan pengendalian gulma adalah dengan terlebih
dahulu melakukan analisis vegetasi yang bertujuan untuk mengetahui komposisi
vegetasi dan menetapkan suatu jenis gulma dominan, mengetahui tingkat
kelimpahan vegetasi gulma, dan mengetahui struktur umur populasi gulma.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat analisis vegetasi diantaranya adalah
mengidentifikasi gulma dan melakukan analisis terhadap vegetasi gulma. Data
yang diperoleh melalui analisis vegetasi dapat berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif yaitu penyebaran, stratifikasi, dan periodisitas.
Data kuantitatif yaitu jumlah gulma ,bobot, ukuran, luas daerah yang ditumbuhi
gulma atau tingkat penutupan gulma, dan sebagainya sebagai penjabaran dari
pengamatan petak contoh di lapangan (Sembodo, 2010).
Identifikasi
gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani
dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma
diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman
identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo,
2010).
Biji spesies gulma
setahun (perennial weed spesies) dapat bertahan dalam tanah selama
bertahun-tahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds, melalui
kedalaman letak biji gulma dapat diketahui bagaimana besar kecilnya persaingan
gulma terhadap tanaman pokok. Perlu direncanakan pola tanam yang tepat untuk
mengetahui bagaimana keadaan suatu gulma dapat berkecambah dalam lingkungan
yang memungkinkan (Sukman dan Yakup, 2001 dalam Hasyim, 2016).
Keberadaan gulma saat
ini ditentukan oleh simpanan biji gulma dalam tanah (weed seed bank). Weed seed bank
merupakan sumber utama gulma di lahan pertanian. Sebagian besar gulma memulai
siklus hidupnya dari biji tunggal dalam tanah. Kemudian biji-biji tersebut
tumbuh hingga menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji-biji tersebut kembali
ke tanah sebagai seed bank dan
menjadi sumber populasi gulma untuk masa yang akan datang. (Syofia, 2018).
Seed
bank
adalah dorman dari gulma yang berada di dalam tanah yaitu berupa biji, stolon
dan rimpang, yang akan berkembang menjadi individu gulma jika kondisi
lingkungan mendukung. Seed bank
umumnya paling banyak berada dipermukaan tanah. Tetapi adanya retakan tanah
dapat menyebabkan perubahan ukuran seed
bank (seed bank size) menurut
kedalaman tanah. Pada tanah tanpa gangguan, seed
bank berada pada kedalaman 2- 5 cm dari permukaan tanah. Tetapi pada tanah
pertanian, seed bank berada 12-16 cm
di atas permukaan tanah (Santosa et all.,2009; Syofia,2016).
Banyaknya seed bank antara lain dapat dipengaruhi
oleh sistem pertanian dan pengolahan tanah, Pertanian Organik meningkatkan
keanekaragaman jenis gulma, seed bank
gulma meningkat 28% pada lahan dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan
dengan tanpa pupuk kandang. Pengolahan tanah menggunakan bajak ditemukan seed bank viable pada permukaan sampai
kedalaman 5 cm, tanpa pengolahan tanah menggunakan cangkul didapatkan biji 61%
di dekat permukaan tanah (Syofia, 2018)
Perbedaan tingkat
pengolahan tanah menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis biji gulma yang
terkandung di dalamnya. Tingkat perkecambahan biji akan semakin berkurang
seiring dengan pertambahan kedalaman biji tersebut tersimpan dan semakin
jarangnya pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan tersebut (Trias, 2018).
Informasi tentang
cadangan biji di dalam tanah
penting dalam studi
ekologi komunitas karena dapat
menggambarkan vegetasi yang ada di atasnya dan juga untuk
mengetahui potensi jenis tanaman
lain yang akan tumbuh
di habitat tersebut. (Zuhri,2011)
BAB III BAHAN DAN METODA
a. Waktu
dan tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 1 september 2019
di lahan percobaan untuk pengambilan sampel tanah dan pada tanggal 5
september 2019 untuk pengerjaan di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang
b. Alat
dan bahan
Alat-alat
yang digunakan adalah Plastik Mika ukuran besar, sprayer, air, alat tulis,
kamera dan dokumentasi. Sedangkan bahannya adalah 1 kg sampel tanah yang sudah
dikering anginkan
c. Cara
kerja
Pengambilan tanah
dilakukan beberapa hari sebelum praktikum di labor, dengan pembagian kelompok
per kedalaman tanah yang akan diambil: 0-10 cm dan 10-20 cm. Kemudian, Timbang
tanah yang sudah dikering anginkan sebanyak ½ kg per plastik Mika, lalu diberi
label. Tanah disemprot dengan air 1 kali dalam 2 hari (kondisikan tanah dalam
keadaan lembab). Penyiraman dilakukan selama 4 minggu, dan pengamatan dilakukan
1 x pada saat hari terakhir penyiraman, dengan variabel pengamatannya: Jumlah
Gulma yang tumbuh dan bobot basah atau bobot kering gulma. Kemudian masukkan
data pengamatan ke dalam log book praktikum.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
1. Kelimpahan gulma
Kelompok
|
Jumlah gulma
|
Bobot Segar (gr)
|
Bobot Kering (gr)
|
|||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|
1
|
8
|
27
|
0,0233
|
0,0604
|
0,0045
|
0,0180
|
2
|
22
|
111
|
0,0726
|
0,6059
|
0,0199
|
0,2023
|
B. Pembahasan
Pada
praktikum ini, digunkan sampel tanah yang biasa digunakan untuk olahan tanaman
pertanian. Sampel tanah yang digunakan berbeda untuk setiap kelompok berdasarkan
tingkat kedalaman tanah. Sampel yang digunakan oleh kelompok 1 adalah sampel
tanah pada kedalaman 0-10 cm sedangkan kelompok 2 menggunakan sampel tanah pada
kedalaman 10-20 cm. Dari data yang didapat dapat dilihat bahwa pada hasil
pengamatan kelompok 1 jumlah gulma yang didapat lebih sedikit dibandingkan
dengan kelompok 2. Hal ini sesuai dengan penelitian Santoso (2009) yaitu, Pada
tanah pertanian seed bank berada
diantara kedalaman 12-16 cm diatas permukaan tanah. Namun, pada tanah tanpa
gangguan seed bank pada umumnya
berada dikedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah.
Keberadaan
biji gulma berbeda-beda tergantung tingkat kedalaman tanah, fungsi tanah, dan
teknis pengolahan tanah sebelumnya. Menurut Syofia (2016), perbedaan tingkat
pengolahan tanah menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis biji gulma yang
terkandung di dalamnya. Jumlah keseluruhan biji gulma yang berkecambah dari
tegalan lebih tinggi daripada sawah dan pekarangan. Tingkat perkecambahan biji
akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan kedalaman biji tersebut
tersimpan dan semakin jarangnya pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan
tersebut. Banyaknya cadangan biji gulma yang dijumpai pada kedalaman 10-20 cm
dikarenakan pengolahan tanah yang dilakukan pada masa sebelum tanam. Tanah yang
telah dibalik membuat biji gulma ikut berpindah tempat menuju kedalaman tanah
yang lebih dalam.
Menurut
hasil penelitian Syofia (2018), Pertanian Organik meningkatkan keanekaragaman
jenis gulma, seed bank gulma
meningkat 28% pada lahan dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan
tanpa pupuk kandang. Pengolahan tanah menggunakan bajak ditemukan seed bank viable pada permukaan sampai
kedalaman 5 cm, tanpa pengolahan tanah menggunakan cangkul didapatkan biji 61%
di dekat permukaan tanah. Hal yang sama juga ditemukan pada lapisan 10-20
ulangan 2 didapatkan jumlah gulma yang sangat banyak dibandingkan yang lainnya
dengan jenis yang berbeda-beda.
Banyaknya
gulma yang tumbuh baik pada lapisan pertama maupun kedua menunjukkan bahwa
sifat biji gulma yang memiliki viabilitas yang baik sehingga dapat bertahan
bahkan sampai bertahun-tahun didalam tanah seperti pada annual weed spesies dan biji tersebut tumbuh jika syarat tumbuhnya telah
terpenuhi. Pertumbuhan gulma dikontrol secara hormonal dan lingkungan. Faktor
non-hormonal adalah kulit biji, suhu, cahaya, ketinggian tempat, dan posisi
biji dalam tanah. Gulma yang tumbuh ketika dilakukan pengamatan dapat tumbuh
dengan baik karena diberikan perlakuan
penyiraman yang intensif sehingga tersedianya kelembaban yang sesuai untuk
perkecambahan biji akibatnya biji gulma kembali aktif melakukan metabolismenya
untuk berkecambah. Selain itu, sampel tanah yang digemburkan dan terangkatnya
biji gulma kelapisan atas permukaan tanah sehingga mendapat cahaya matahari
yang cukup juga semakin mendukung untuk pertumbuhan gulma.
Menurut
marshal et al. (2014), adanya air
yang cukup akan mempercepat proses tumbuhnya seed bank, tetapi tidak mutlak mempercepat waktu tumbuhnya gulma,
karena kecepatan tumbuh seed bank
dipengaruhi oleh viabilitas biji dan cadangan makan yang terdapat dalam biji
gulma. Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan kemampuan untuk muncul
ke permukaan tanah (seedling emergence). Dari
hasil pengamatan sampel tanah, umur muncul tanaman berbeda-beda. Namun,
rata-rata gulma mulai tumbuh pada umur 2 minggu setelah diberi perlakuan. Keberadaan
vegetasi gulma pada tanah menentukan teknis dan tingkat kedalaman pengolahan
lahan, serta perlakuan terhadap lahan sebelum lahan digunakan terutama untuk
lahan pertanian.
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Seed bank lebih banyak pada lapisan
tanah kedua yaitu pada kedalaman 10-20 cm daripada lapisan tanah pertama (top
soil) pada kedalaman 0-10 cm. Hal ini dibuktikan pada banyaknya vegetasi gulma
yang tumbuh pada sampel tanah yang diamati. Vegetasi gulma yang tumbuh dari
berbagai jenis dengan umur muncul tanaman berbeda-beda, sesuai dengan
karakteristik gulma yaitu memiliki viabilitas biji yang baik. Hal ini juga
menunjukkan bahwa biji gulma dapat tersimpan didalam tanah sangat lama sampai
cadangan makanan benih habis dan dapat tumbuh sewaktu-waktu jika syarat
tumbuhnya terpenuhi.
Pengolahan tanah untuk lahan
pertanian harus dilakukan secara tepat agar biji gulma pada tanah tidak tumbuh,
hal ini dapat dilakukan dengan membalikkan tanah atau memberi perlakuan secara
kimiawi, fisika, maupun biologi.
b. Saran
Untuk praktikum selanjutnya
sebaiknya materi kelimpahan gulma ini juga mengidentifikasi gulma yang tumbuh
dan menghitung tingkat kerapatan gulma sesuai rumus pada modul.
DAFTAR PUSTAKA
Fenner, M. 1995. Ecology of seed banks, p. 507-528. In. J. Kigel and G. Galili (eds.). Seed
Development and Germination. Marcel Dekker, NY. dalam Edi Santosa, Sofyan Zaman
dan Intan Dewi Puspitasari. Simpanan Biji Gulma dalam Tanah di Perkebunan Teh
pada Berbagai Tahun Pangkas. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 46 – 54 (2009)
Hamid, I. 2010. Identifikasi Gulma pada Areal
Pertanaman Cengkeh (Eugenia Aromatica) di Desa Nalbessy Kecamatan Leksula
Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-
Ternate). 3 (1): 62 – 71
Marshal P. Siahaan, Edison Purba,Teuku Irmansyah.
2014. Komposisi Dan Kepadatan Seed Bank Gulma Pada Berbagai Kedalaman Tanah
Pertanaman Palawija Balai Benih Induk Tanjung Selamat. Jurnal Online
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.3 : 11 81-1189, Juni 2014
Rosanti, D. 2011. Jenis-Jenis Gulma di Perkebunan
Karet Desa Tanah Abang Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Sainmatika. 8 (2): 8 – 13.
Santosa,
E., S. Zaman,
dan I. D.
Puspitasari, 2009. Simpanan Biji Gulma
dalam Tanah di Perkebunan Teh
pada Berbagai Tahun Pangkas.
J. Agron. Indonesia 37 (1) : 46
–54 (2009).
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya.
Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 168 hlm.
Sukman, Y., dan Yakup.
2002. Gulma dan Tehnik Pengendalianya. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, dalam Hasyim
marga. 2016. Skripsi: seed bank gulma
pada berbagai pola tanam di lahan pasir pantai. Yogyakarta: universitas PGRI
Santosa,E. D. Sofyan, Z. dan Intan DP. 2009.
Adscendens Diindikasikan Memiliki Daya Tahan ≥ 3 Tahun,. J. Agron. Indonesia 37
(1) : 46 – 54, dalam Syofia,irna, murni,radiah. Keanekaragaman Komunitas Gulma
Dalam Tanah Pada Tingkat Kedalaman Dan Jarak Pengambilan Tanah Di Tanaman
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306
(Online) April 2018 Volume 21 No. 2. DOI: https://doi.org/10.30596/agrium.v21i2.1878
Syofia,irna, murni,radiah. Keanekaragaman Komunitas
Gulma Dalam Tanah Pada Tingkat Kedalaman Dan Jarak Pengambilan Tanah Di Tanaman
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan. Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306
(Online) April 2018 Volume 21 No. 2. DOI:
https://doi.org/10.30596/agrium.v21i2.1878
Trias Bawi Palupi. 2016. Perkecambahan Biji Gulma
Pada Berbagai Soil Seed bank.
Universitas Gadjah Mada, Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Wahyudi, T., Panggabean T. R., Pujiyanto. 2008.
Panduan Lengkap Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta. 364 hlm.
Zuhri M dan Z Mutaqien. 2011.”Potensi Cadangan Biji
di dalam Tanah
pada Hutan Sekunder Wornojiwo”. Prosiding Seminar Nasional
HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159. Hal. 261-264
ATTACHMENT
1.
Documentation
No.
|
Pictures
|
information
|
1.
|
|
Samples
taken in the field are put into seed bags
|
2.
|
|
Weeds that grow from samples
10-20 cm
|
3.
|
|
Weeds that grow from samples
0-10 cm
|
4.
|
|
After
observing for 4 weeks the weight of the wet weeds that grow
|
5.
|
|
Weed is
roasted
|
6.
|
|
Weed that
has been roasted is calculated dry weight
|
7.
|
|
weighing
dry weight
|
0 komentar:
Posting Komentar