Pengaruh Pemberian Biochar Sekam Padi dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Edamame (Glycine max L.)


BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Edamame merupakan kacang kedelai yang berasal dari jepang. Kata edamame diambil dari bahasa jepang yang artinya eda adalah cabang dan mame adalah kacang dari pengertian tersebut dapat diartikan buah yang tumbuh di bagian bawah cabang. Di Negara Cina edamame dikenal dengan sebutan mao dou (Hairy bean). Sedangkan di Negara inggris kedelai edamame lebih dikenal dengan sebutan vegetable soybean (kedelai sayur), green soybean, dan sweet soybean. Edamame juga didefinisikan kedelai yang memiliki biji sangat besar (30g/100 biji) bahkan bias lebih tinggi, yang dipanen dalam bentuk polong yang masih muda dan dipasarkan dalam bentuk masih segar (fresh Edamame) atau dalam bentuk yang membeku (frozen Edamame).
Edamame diperjualbelikan dengan polongnya dalam keadaan segar maupun beku. Edamame tumbuh subur di China dan Jepang. Juga di Amerika Serikat (AS), Brazil, Chile, Thailand, Taiwan dan Indonesia. Sebenarnya edamame sudah ditanam di Indonesia pada abad ke 17 untuk memenuhi kebutuhan komunitas Jepang di Jakarta. Mereka menanamnya di Lembang, Bandung.
Kebutuhan jepang terhadap edamame mulai tinggi sehingga beberapa pihak mulai membawa benih edamame dari jepang untuk ditanam diindonesia yakni di bogor dan bandung (jawa barat) dan jember (jawa timur), benih tersebut termasuk juga benih dari taiwan. Selain Bogor dan Jember, tanaman ini juga tumbuh dengan baik di Temanggung, Wonosobo, Magelang dan Kendal, Jawa Tengah. Edamame dari Jawa Tengah melayani permintaan dari Belanda, sedangkan edamane Jawa Timur yang diproduksi secara massal, banyak melayani permintaan dari Jepang. Selain dua negara itu, Indonesia juga mengekspor ke AS, Australia, Malaysia dan Timur Tengah.
Proses pengembangan di Indonesia memakan waktu lama karena persilangan varietas harus dilakukan dan kecocokan lahan terus diupayakan. Lalu diketahui bahwa kedelai Jepang ini hanya bisa tumbuh baik di lahan dengan ketinggian sekitar 600 mdpl dengan varietas Ryokkoh, Chamame,Ocunami, dan Tsurunoko. Varietas R75 dari Taiwan juga cocok dengan iklim Indonesia.
 Kebutuhan global atas edamame sekitar 100 ribu ton pertahun. Produsen edamame di Jawa Timur yaitu anak perusahaan PTPN X sanggup memproduksi 7.900 ton rata-rata pertahun. Dari jumlah ini 68 % dialokasikan untuk pasar global, sedangkan 32 % dipasok untuk pasar domestik. Meskipun ceruknya masih kecil di pasar Eropa, produsen edamame di Jawa Tengah sanggup mengekspor sekitar 280-300 ton setiap tahunnya (Indonesia.go.id)
Pasar Indonesia juga mulai menyukai edamame. Mereka mulai makan edamame yang direndam air garam sebelum direbus untuk cemilan, diolah menjadi kue atau makanan  lainnya. Meskipun dijual cukup mahal yaitu 30-35 ribu rupiah perkilogram, produsen edamame mencatat peningkatan minat pasar domestik sekitar 20-25 % setiap tahunnya.
Melihat besarnya potensi edamame baik diindonesia maupun didunia, maka peneliti ingin membawa masuk edamame ke sumatera barat. Pengembangan edamame di sumatera barat ini diharapkan juga mampu menghasilkan produksi yang tinggi seperti yang terdapat di jawa.
Penelitian terhadap edamame dilakukan pada daerah perbukitan pada tanah ultisol, sehingga perlu diberi penambahan pupuk organik biochar yang berasal dari sekam padi. Pemberian bahan organik berupa kotoran hewan (pupuk kandang) merupakan tindakan memperbaiki lingkungan tumbuh bagi tanaman yang nantinya diharapkan dapat mengurangi degradasi lahan mendukung peningkatan produktivitas lahan dan sistem pertanian yang berkelanjutan.
Perlakuan seperti jarak tanam juga dilakukan untuk mencari jarak tanam terbaik yang menghasilkan produksi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian para peneliti sebelumnya telah diketahui bahwa produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan varietas tanaman yang ditanam serta jarak tanam yang juga berhubungan erat dengan populasi tanaman. Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini akan berpengaruh pada luas daun, berat kering tanaman, sistem perakaran, banyaknya sinar matahari yang diterima, dan banyaknya unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat akan menurunkan hasil.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Biochar Sekam Padi dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Edamame (Glycine max L.)

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sbagai berikut:
1.    Apakah ada interaksi pemberian beberapa dosis biochar dan jarak tanam terhadap hasil?
2.    Apakah ada pengaruh pemberian dosis biochar terhadap hasil produksi?
3.    Apakah ada pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan edamame?

C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui interaksi antara beberapa dosis biochar dan jarak tanam terhadap hasil produksi tanaman edamame
2.    Untuk mengetahui pengaruh beberapa dosis biochar terhadap hasil produksi edamame
3.    Untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan edamame

D.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk sebagai pedoman kepada masyarakat dalam membudidayakan tanaman edamame pada umumnya dan budidaya edamame dengan pemberian biochar sekam padi dan jarak tanam yang tepat pada khususnya, serta untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang tanaman edamame dan biochar.

E.  Hipotesis
1.    Terdapat interaksi antara beberapa dosis biochar dan jarak tanam terhadap hasil produksi tanaman edamame
2.    Terdapat dosis terbaik untuk hasil produksi terbaik edamame
3.    Terdapat jarak tanam terbaik untuk pertumbuhan edamame



BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Edamame (Glycine max L. Merill), merupakan kedelai asal Jepang yang popular sebagai cemilan. Edamame ini merupakan jenis tanaman yang termasuk kedalam kategori sayuran (vegetable soybean), perbedaan dengan kedelai biasa pada ukuran yang lebih besar. Edamame, seperti species kacang-kacangan lainnya, merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting perananya bagi kehidupan. Kedelai umumnya mengandung protein 35 % pada varietas unggul dapat mencapai 40-43 % (Cahyadi, 2017).
Kedudukan taksonomi kedelai adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Fabales Family : Fabaceae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merrill. (United States Department of Agriculture, 2013)
Edamame mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu  bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Edamame mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, Warna bunga yang umum pada berbagai varietas edamame hanya dua, yaitu putih dan ungu (Pambudi, 2013).
Tanaman kedelai memiliki sistem perakaran tunggang, yang bercabang membentuk akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang pada kedelai umumnya tumbuh mencapai kedalaman 30-50 cm, bahkan dapat mencapai 2 meter pada kondisi tanah yang optimal. Akar sekunder tumbuh mencapai 20-30 cm ke dalam tanah. Pada akar cabang terdapat bintil akar yang merupakan simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai, bintil akar berfungsi untuk menambat N2 dari udara bebas (Andrianto dan Indarto, 2010).
Pertumbuhan batang kedelai memiliki dua tipe yaitu determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah tanaman mulai berbunga, sedangkan tipe indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah tanaman berbunga (Pambudi,2013)).
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam antara 1-10 polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning, hijau sampai hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji, polong kedelai berukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 mm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto, 2010).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: a. Berbiji kecil, beratbiji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan. b. Berbiji besar, dengan beratbiji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain. c. Berbiji sangat besar, berat 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk polong segar masih berwarna hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable soybean), dipanen pada umur dua bulan. Kelompok kedelai ini di Jepang disebut edamame (Chen et al. 2016).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda (lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm), warna biji kuning hingga hijau, bentuk biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang. b. Syarat Tumbuh dan Budidaya Kedelai Edamame Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi matahari dan suhu. Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan terbuka pada suhu 24-30 °C. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan kedelai sekitar 30 °C, sedangkan untuk pembungaan 24-25 °C. Kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Jika varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam, ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi, karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50-60 hari menjadi 35 hari sampai 40 hari setelah tanam. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut (Fachruddin, 2000)
Budidaya tanaman kedelai edamame sebagai berikut : a. Persiapan, bahan tanam Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Halhal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. b. Persiapan media tanam, Tanah yang digunakan untuk media tanam diambil dari lapisan atas dengan kedalaman 0-20 cm, lalu dikering anginkan selama 2-4 hari. Kemudian disaring dan dimasukan kedalam polybag berukuran 30 x 25 cm. Penyaringan tanah dilakukan untuk mendapatkan media tanam yang bersih (dari ranting, akar tanaman, dan batu) sebelum dimasukkan ke dalam polybag. c. Penanaman, Penanaman benih kedelai edamame dilakukan dengan cara ditugal, dengan kedalaman ± 3 cm. Benih kedelai edamame ditanam 3 biji/lubang tanam dan ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan. Penanaman kedelai edamame dengan jarak tanam 20 x 20 cm. d. Pemeliharaan, 1) Penyulaman Penyulaman tanaman kedelai edamame dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST). Tanaman kedelai yang tidak tumbuh atau kena hama dan penyakit dilakukan penyulaman. Penyulaman kedelai edamame dilakukan dengan mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara pindah tanaman dari tanaman kedelai edamame yang tumbuh dua tanaman perlubang. Penyulaman yang dilakukan sesuai. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8 hari setelah tanam (HST). 2) Penyiangan, Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST, penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman. Pada umur 6 HST tidak dilakukan penyiangan agar tidak menggugurkan bunga dan dilakukan setelah tanaman berhenti berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang berada disekitar tanaman. 3) Pemupukan, Pemupukan kedelai edamame meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan pupuk susulan. Pemberian pupuk kandang dilakukan 7 hari sebelum tanam, disebar rata diatas permukaan bedengan atau dicampur rata dengan media tanam, dengan dosis 20 ton pupuk kandang /h. Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara ditaburkan secara merata di sekitar perakaran tanaman. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP-36 200 kg/ha. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST terdiri dari KCl 50kg/ha dan Urea 150 kg/ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. 4) Penyiraman, Penyiraman dilakukan sampai air dalam kapasitas lapang, penyiraman dilakukan sehari sekali serta memperhatikan kondisi tanaman. 5) Pengendalian Hama dan Penyakit Edamame, tidak luput terkena serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan terkendali. Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama dengan OPT yang menyerang kedelai, sehingga pengendaliannya tidak jauh berbeda dengan pengendalian pada kedelai. Lalat pucuk, ulat grayak, penggerek batang, dan jamur dapat dikendalikan dengan Reegent 50 C dengan dosis 1 g/liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5 l/ha. e. Panen Kedelai edamame umumnya dipanen pada umur 65-68 hari setelah tanam (HST) pada saat polongnya masih berwarna hijau, pengisian polong masih belum maksimal dan kadar air biji masih tinggi yaitu pada tahap pertumbuhan R6 (BBPP Lembang, 2015)
Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah terdekomposisi yang dapat Memperbaiki struktur tanah, sifat fisik tanah, mampu meningkatkan daya menahan air dalam tanah, dan mampu meningkatkan biologi dalam tanah. Kompos dapat berasal dari berbagai macam sisa sisa limbah bahan organik yang sudah tidak terpakai seperti limbah pertanian, sisa sisa dari tanaman, sampah rumah tangga, kotoran ternal, dan lain sebagainya. (Rukmana. 2007).
Pemberian kompos atau bahan organik pada tanah dapat memberikan manfaat dalam berbagai banyak hal diantaranya memperbaiki struktur tanah menjadi gembur dan remah, menambah kesuburan tanah, menambah unsur hara yang ada sehingga dapat unsur hara didalam tanah dimanfaatkan oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara yang ada didalam tanah sehingga menjaga kestabilan suhu dalam tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga mudah terlarut dalam air, dan menambah serta memperbaiki mikroorganisme yang ada didalam tanah. Untuk memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan pada proses pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang matang maka frekuensi kompos dalam meracuni tanaman akan rendah dan unsur hara pada kompos akan lebih tinggi dibanding dengan kompos yang belum matang. Kompos juga mampu menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Mg, Fe, S, Mn dan Cu. Jumlah populasi mikroorganisme tanah juga akan meningkat akibat pemberian kompos. Penggunaan dosis pupuk kandang pada budidaya kedelai adalah 20 ton/ha. (Rukmana, 2007).
Peran biochar terhadap peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh jumlah biochar yang ditambahkan. Pemberian sebesar 0,4 sampai 8 ton/ ha C (karbon organik) dilaporkan dapat meningkatkan produktivitas secara nyata antara 20 – 220 % (Basri dan Azis, 2011).
Pemberian biochar sekam padi dengan dosis 15 ton/ha memberikan hasil terbaik untuk produksi wortel dan kangkung darat yang dibudidayakan secara tumpang sari. Dalam penelitian Sampurno (2015) pemberian biochar sekam padi 12 t/ha meningkatkan tinggi tanaman 2-4 MST, Total Luas Daun 3,4 dan 6 MST, dan bobot kering biji kedelai per plot. Pemberian biochar dengan bahan dari FMY (Farm Yard Manure) sebanyak 15 ton/ ha secara signifikan mampu meningkatkan produktivitas ketela pohon yang ditumpangsari dengan kacang tanah sebesar 21,44 ton/ha dibandikan dengan kontrol yang menghasilkan produktivitas ketela pohon sebesar 18,44 ton/ha (Islami et al, 2011)

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1  Tempat dan Waktu
            Penelitian ini berupa percobaan lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai November 2019, dilakukan di Lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Limau Manis Kecamatan Pauh, Padang.

     3.2  Alat dan Bahan

     Alat yang digunakan yaitu meteran, cangkul, ember, tali rafia, timbangan, kamera, mistar, gunting dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih Kedelai Edamame (Glycine Max (L.) Merril), biochar, pupuk KCl, pupuk urea, pupuk SP-36 dan pupuk ZA.

3.3  Metoda Penelitian
           Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial. Faktor pertama yaitu perlakukan biochar yang terdiri dari 3 taraf dan faktor kedua yaitu perlakuan jarak tanam yang terdiri dari 3 taraf. Keseluruhan terdapat 9 satuan percobaan dengan 3 ulangan (S). Ukuran petakan 2 x 1 m. Sampel pengamatan ditetapkan sebanyak dari jumlah tanaman pada petakan. Perlakuan biochar dan jarak tanam kedelai edamame terdiri dari :
·         Perlakuan Biochar (P)
P1 = 40 gram/m
P2 = 60 gram/m
P3 = 80 gram/m
·         Perlakuan jarak Tanam (P)
V1 = 40 cm × 30 cm
V2 = 30 cm × 20 cm
3.4 Pelaksanaan
1.      Pengolahan lahan
            Persiapan lahan terdiri atas pembersihan gulma, sisa tanaman termasuk tanaman berkayu dan kerikil. Tanah dibajak sedalam 20 cm, dibiarkan selama 7 hari agar bongkahan-bongkahan tanah mendapat cahaya matahari secara langsung sehingga berbagai macam patogen dalam tanah mati, dan zat-zat racun yang berada dalam tanah teroksidasi. Setelah itu, tanah dicangkul lagi lalu di berikan biochar setelah itu  dibuat bedengan.
2.      Pemupukan
            Pemupukan kedelai edamame meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan pupuk susulan. Pemberian pupuk kandang dilakukan 7 hari sebelum tanam, disebar rata diatas permukaan bedengan atau dicampur rata dengan media tanam. Pemupukan dilakukan pada saat awal pengolahan lahan, setelah penanaman bibit tanaman di bedengan, dan berumur 2 minggu setelah tanam. Pemupukan ini menggunakan pupuk kimiawi sesuai dosis rekomendasi.
3.      Benih
 Benih Kedelai Edamame (Glycine Max (L.) Merril ) dipilih yang tidak cacat dan tidak berpenyakit, lalu benih direndam pada air untuk membedakan benih kosong dan tidak. Setelah itu  yang telah dipilih dapat ditanam langsung pada bedengan. Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai.
Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.
4.      Penanaman
          Penanaman benih kedelai edamame (Glycine Max (L.) Merril ) dilakukan dengan cara ditugal, dengan kedalaman ± 3 cm. Benih kedelai edamame ditanam 1 biji/lubang tanam dan ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan.
5.      Pemeliharaan
            Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi: penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, terutama pada awal masa pertumbuhan. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam, dengan cara mengganti bibit yang mati atau busuk.
6.      Penyiangan
            Penyiangan dilakukan pada saat minggu kedua, penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman. Pada umur 6 HST tidak dilakukan penyiangan agar tidak menggugurkan bunga dan dilakukan setelah tanaman berhenti berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang berada disekitar tanaman.
            Penyiangan dilakukan pada dan pada minggu keempat, namun dapat juga dilakukan tergantung kondisi gulma di lapangan. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan atau mekanis menggunakan alat tergantung kondisi.
7.      Penyiraman
            Penyiraman dilakukan sampai air dalam kapasitas lapang, penyiraman dilakukan sehari sekali serta memperhatikan kondisi tanaman.
8.      Panen
            Kedelai edamame umumnya dipanen pada umur 65-68 hari setelah tanam (HST) pada saat polongnya masih berwarna hijau, pengisian polong masih belum maksimal dan kadar air biji masih tinggi yaitu pada tahap pertumbuhan R6.
3.4          Parameter Pengamatan

B. Pengamatan dimulai pada minggu pertama setelah tanam, adapun variabel yang akan diamati :

Tanaman kedelai (Glycine max merril)
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah bunga
4. Jumlah cabang produktif
5. Jumlah cabang keseluruhan
6. Jumlah biji perpolong
7. Jumlah polong pertanaman




BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Data hasil pengamatan V1P3S2 (kelompok 9)
Parameter pengamatan
U1
U2
U3
U4
Rata-rata hasil kelompok
Tinggi tanaman
50,62
52
48
41
47,9
Jumlah cabang
7
8
8
7
8
Cabang produktif
6
7
5
5
6
Jumlah bunga
28
21
24
22
30
Jumlah polong
47
54
48
46
49
Polong isi 2
33
40
30
29
33
Polong isi 3
7
8
8
7
8

 Tabel 2. Data hasil pengamatan kelas




B.  Pembahasan
Dari tabel hasil diatas dapat dilihat bahwa data yang didapat sangat beragam untuk setiap parameter pengamatan dari perlakuan yang berbeda-beda. Kondisi umum lahan yang digunakan merupaka tanah ultisol dengan karakteristik sifat asam sehingga didominasi oleh keberadaan Al dan Fe. Pada tanah – tanah tropika yang mengalami pelapukan lanjut, retensi unsur P yang tinggi oleh oksida – oksida Al dan Fe menyebabkan unsur hara sulit tersedia bagi tanaman. Tanah Ultisol memiliki kepadatan tanah sebesar 1,10-1,35 g cm-3 dengan tingkat permeabilitas, infiltrasi, dan perkolasi sedang hingga lambat, tingkat kemasaman tanah tinggi sehingga kejenuhan Al tinggi, KTK rendah, dan kandungan unsur N, dan P, serta K rendah sehingga tanah ini miskin secara fisik dan kimia. Dengan sifat yang demikian, tanah ini rendah akan bahan organik dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk membenahi tanah tersebut yaitu dengan memberikan input ke dalam tanah. Untuk memperbaiki sifat fisika,kimia,dan biologis tanah yaitu dengan menambahkan pupuk kandang dan biochar. Hasil pengamatan perngaruh pemberian berbagai dosis biochar dan jarak tanam terhadap hasil tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
1.    Tinggi Tanaman
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan V1P3 dengan tinggi 40,9 cm , yang diberi biochar dengan dosis 80 g/m atau 3 kg/bedengan, dari rekomendasi 15 ton/ha. Tertinggi kedua adalah V2P1 (kontrol) dengan tinggi 38 cm yang tidak diberi biochar dengan jarak tanam 40x30. Tingginya hasil yang didapat pada perlakuan VIP3 menujukkan bahwa adanya pengaruh dosis biochar terhadap pertumbuhan tanaman edamame. Pada kedua tinggi tanaman tertinggi memiliki jarak tanam yang sama yaitu 40x30 cm namun tanaman yang diberi biochar menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, Peran biochar terhadap peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh jumlah biochar yang ditambahkan. Pemberian sebesar 0,4 sampai 8 ton/ ha C (karbon organik) dilaporkan dapat meningkatkan produktivitas secara nyata antara 20 – 220 % (Basri dan Azis, 2011). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Gani (2009) dan Dieni (2017), yang menyatakan bahwa penambahan biochar ke dalam tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan P dan biochar dapat berperan sebagai pembenah tanah yang memicu pertumbuhan tanaman dengan mensuplai dan menahan hara disamping peran lainnya yang dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. maka diduga, pemberian biochar ini cocok untuk direkomendasikan pada tanah ultisol yang memiliki masalah tersebut.
2.    Jumlah Cabang dan cabang produktif
Jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan V1P1 (Kontrol) yaitu 19 dan terbanyak kedua yaitu V2P3 yaitu 15. Cabang produktif terbanyak adalah pada perlakuan V2P3 yaitu 9 dan terbanyak kedua V2P2 yaitu 8. Dari hasil yang didapat dapat dilihat bahwa terdapat interaksi antara dosis biochar dan jarak tanam. Perlakuan V1P1 menghasilkan banyak cabang namun tidak terlalu produktif sedangkan V2P2 jumlah cabang sangat sedikit namun Produktif sedangkan V2P3 memiliki banyak cabang produktif namun banyak juga cabang yang tidak produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak tanam 30x20 (rapat) mampu menghasilkan lebih banyak cabang produktif dibangdingkan pada jarak 40x30. Jarak tanam rapat diduga mampu menghasilkan jumlah polong produktif lebih banyak karena dari data yang didapatkan hasilnya tidak terlalu berbeda dengan jarak tanam yang renggang,  namun diduga dapat memberikan hasil yang baik dari penambahan bahan organik untuk merangsang jumlah cabang agar menjadi cabang yang produktif, dan dipastikan terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk yang diberikan. Menurut Junita, et al. (2002) menyatakan bahwa semakin banyak bahan organik yang diberikan pada tanah , akan diikuti dengan kenaikan kemampuan tanah untuk mengikat air dan kenaikan nitrogen total. Kebutuhan nitrogen yang cukup membuat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan tumbuh dengan baik. Untuk itu, direkomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenaik jarak tanam yang cocok untuk edamame.
3.    Jumlah Bunga dan Jumlah Polong
Jumlah Bunga terbanyak terdapat pada perlakuan V1P3 dan VIP1 (kontrol) sebanyak 30,6 dan 30,1. Jumlah Polong terbanyak terdapat pada perlakuan V1P3 dan VIP1 (kontrol) sebanyak 46 dan 45 dan tidak jauh berbeda dengan hasil pada perlakuan V2P2 yaitu 44. Jumlah polong isi dua terbanyak terdapat pada perlakuan V1P3 dan V2P2 sebanyak 31 dan 28. Jumlah polong isi tiga terbanyak terdapat pada perlakuan V2P3 dan V1P1 sebanyak 17 dan 15. Dapat dilihat bahwa pada V1P3 terdapat banyak bunga yang menghasilkan polong dengan polong berisi dua biji/polong sedangkan pada V1P1 bunga dan polong banyak tetapi biji/polong sedikit. Jumlah 3 biji/polong juga banyak terdapat pada V2P3. Menurut Sutapradja (2008), kerapatan tanam (jarak tanam) mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya. Selain itu juga antar tanaman akan berkompetisi di dalam menggunakan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi hasil. Jadi dapat dilihat pada jarak tanam renggang (40x30 cm) dapat menghasilkan jumlah bunga, polong, dan biji yang lebih baik dibandingkan pada jarak tanam rapat. Penggunaan jarak tanam pada dasarnya untuk memberikan ruang sekitar pertumbuhan tanaman yang baik tanpa mengalami persaingan antar tanaman.
       Secara keseluruhan pembudidayaan tanaman edamame yang dilaksanakan oleh kelas B berhasil karena mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik. Dari keseluruhan perlakuan yang diberikan didapatkan perlakuan terbaik adalah pada V1P3 pada jarak tanam 40x30 cm dengan dosis 80 g/m atau 3 kg/bedengan dengan ukuran bedengan 1x2 m.










BAB V PENUTUP

A.  Kesimpulan
Ditemukan adanya interaksi antara biochar dan jarak tanam terhadap pertumbuhan tanaman edamame, dimana dosis dan jarak tanam yang pas untuk hasil pertumbuhan dan produksi edamame adalah pada V1P3 yaitu dengan jarak tanam 40x30 dan dosis biochar 80 g/m dan perlakuan ini direkomendasikan untuk budidaya tanaman edamame. Dari analisis data juga dilihat bahwa berbadai dosis biochar berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman edamame. Hasil analisis data juga menunjukkan terdapat pengaruh antara jarak tanam terhadap produksi tanaman kedelai. V2P2 dengan jarak tanam rapat mampu menghasilkan cabang produktif lebih baik karena dilihat dari jumlah cabang yang dihasilkan hampir semuanya produktif. Untuk itu, direkomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai jarak tanam yang cocok untuk edamame.

B.  Saran
Dari hasil pengamatan terhadap tanaman edamame selama praktikum ditemui beberapa masalah yang dapat diteliti lebih lanjut seperti, jarak tanam dan pengaruh berbagai dosis pupuk serta jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman edamame. Untuk itu, disarankan agar kedepannya penelitian mengenai edamame dapat terus dikembangkan mengingat prospeknya yang baik  dan belum banyak dibudidayakan di sumatera barat.


DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2010. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92.
Basri, A.B. dan A. Azis. 2011. Arang Hayati (Biochar) Sebagai Bahan Pembenah Tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.
Cahyadi, W. 2017. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: penerbit PT. Bumi Aksara
Chen W, Yao Q, Patil GB, Agarwal G, Deshmukh RK, Lin L, Wang B, Wang Y, Prince SJ, Song L. Identification and comparative analysis of differential gene expression in soybean leaf tissue under drought and flooding stress revealed by RNA-Seq. Front Plant Sci. 2016;7:1044.
Dieni Annisa Siregar, Ratna Rosanty Lahay, Nini Rahmawati. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L. Merril) Terhadap Pemberian Biochar Sekam Padi Dan Pupuk P. Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.5.No.3, Juli 2017 (92): 722- 728
Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 hal
Gani, A., 2009. Potensi Arang Hayati .Biochar. sebagai Komponen Teknologi Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian. Peneliti Balai Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.
Http://www.bbpp-lembang.info/index.php/teknis-budidaya-iut/895-budidaya-kacang-edamame diakses pada 25/11/2019
Https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/ketika-orang-jepang-suka-ngemil-edamame diakses pada 25/11/2019
Https://www.nass.usda.gov/Publications/Ag_Statistics/2013/Agricultural_Statistics_2013.pdf diakses pada 25/11/2019 diakses pada 25/11/2019
Junita, F., S. Muhartini dan D. Kastono.2002. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi. Ilmu Pertanian. IX (1) : 37 – 45
Islami, T., Bambang, G., Nur, B., dan Agus, S. 2011. Biochar For Sustaining Productivity Of Cassava Based Cropping System In The Degraded Lands Of East Java Indonesia. Journal of tropical Agriculture, 49 (1-2) : 40-6.
Pambudi, Singgih. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame Camilan Sehat dan Lezat Multi Manfaat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru.
Rukmana, R, 2007. Bertanam Petsai dan Sawi Kanisus, Yogyakarta. Hal : 11- 35
Sampurno, M. H. 2015. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) Terhadap Pemberian Biochar Sekam Padi dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit. Balai Penelitian Tanaman Sayuran: Bandung.


LAMPIRAN


Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Percobaan dari Bulan september-desember 2019
Kegiatan
Bulan
september
oktober
November
desember
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Penyiapan lahan
















2.
Penanaman
















3.
Pemasangan label
















4.
Pemeliharaan tanaman
















5.
Pengamatan
















6.
Pengolahan data


















Lampiran 3. Perhitungan Pupuk

Diketahui:
Luas lahan                    = 1 x 2 m = 2 m2
Jarak tanam                 = 40 cm x 30 cm = 120 cm2
Urea                            = 150 kg/ha = 150.000 g/m2
NPK                            = 200 kg/ha = 200.000 g/m2
Pupuk kandang ayam  =  10.000 kg/ha
Dosis Biochar              = 15.000 kg/ha
Rumus dosis/plot
=   x
Perhitungan:
a.    Pupuk kandang
=   x
= 10.000x = 20.000
= x = 2 kg/plot
b.    Biocar Sekam Padi
=   x
= 10.000x = 30.000
= x = 3 kg/plot
c.    Pupuk Urea
=   x
= 10.000x = 300
= x = 0,03 kg/plot
d.   Pupuk NPK
=   x
= 10.000x = 400
= x = 0,04 kg/plot

 






0 komentar:

Posting Komentar