Sektor Pertanian bertahan ditengah pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terganggunya kegiatan perekonomian di semua lini usaha, termasuk sektor pertanian. Salah satu dampak yang harus diantisipasi terkait dampak Covid-19 adalah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Gerakan Ketahanan Pangan (GKP) yang diperkenalkan Kementerian Pertanian di tengah ancaman virus corona saat ini harus didukung oleh semua pihak, khususnya petani dan penyuluh sebagai ujung tombak dan penggerak sektor pertanian. Kepala BPS menyampaikan apresiasi atas capaian ekspor dan peningkatan produksi sektor pertanian selama pandemi Covid-19. Sejak 2019-2021 ekspor pertanian tumbuh 14,3 persen dengan sub sektor tanaman pangan sebagai penyumbang tertinggi dalam distribusi dan pertumbuhan ekonomi sub sektor pertanian tahun 2020. Secara rinci berdasar sub sektornya, tanaman pangan tumbuh 3,54 persen, tanaman hortikultura 4,37 persen dan tanaman perkebunan tumbuh sebesar 1,33 persen.

Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekwensi pertumbuhan kehidupan hampir keseluruhan masyarakat Indonesia, maka perlunya perhatian pemeritah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh. Oleh karena itu, salah satu sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian. Indonesia merupakan negara pertanian, hal ini berarti petani memegang peranan yang amat penting dari keseluruhan perekonomian nasional Indonesia. Hal ini, ditunjukan dari banyakbanyak rakyat atau tenaga kerja pada sektor pertanian. Petani dan pertanian merupakan basis besar perekonomian Indonesia. Bila saja sistem agribisnis ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah, maka kita bisa mandiri dalam hal pemenuhan bahan makanan penduduk. Perhatian pemeritah termasuk dalam menunjang sektor pertanian di bidang riset dan teknologi yang sepadan. Sebaiknya, kalau tidak ada perhatian besar pemeritah, jangan harap sektor ini bisa berkembang.

Maka dari itu, pembanguan sektor pertanian jangan dilupakan bahkan sangat perlu perhatian dan fokus pemeritah. Sebetulnya, Indonesia bisa menjadi negara maju, meski harus berbasis pertanian. Kalau hal itu dapat dilakukan, maka ada saatnya semua negara di sekitar Indonsia, akan sangat tergantung bahan pangannya dari bumi pertiwi ini. Selandia Baru, Vietnam, dan negara lainnya adalah contoh dari negara-negara yang pembanguan ekonomi berbasis pertanian. Indonesia perlu membenahi pola pemberdayaan pertanian guna meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian Indonesia untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok  di negara kita. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah penyediaan benih, bibit dan tekhnik budidaya hingga teknologi panen dan pasca panen. Pola pemberdayaan pertanian perlu dilakukan dengan sinergitas yang baik dari berbagai sektor untuk membangun pertanian. Seperti diketahui Kementrian Pertanian menunda perdagangan sayur, hewan dan buah-buahan menuju dan dari China dan juga negara-negara lain guna mencegah wabah Novel Coronavirus (Covid-19) atau Corona masuk ke Indonesia.

Perubahan pada berbagai sektor di kehidupan manusia selama masa pandemik membuat masyarakat menjadi resah, panik dan khawatir karena menyangkut ekonomi masing–masing. Bahkan pada sektor pertanian yang merupakan bahan pemasok pangan bagi manusia mengalami perubahan dalam aktivitas petani. Berbagai petani di Indonesia merasakan dampak adanya virus tersebut. Mirisnya banyak keluhan petani terhadap keadaan masa pandeminya yang merubah nasib petani menjadi khawatir. Adanya keadaan virus pandemi yang belum diketahui sampai kapan akan berakhir memiliki dampak yang signifikan bagi petani, pemasok  bahan pangan atau sektor pertanian.

Dikutip dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 27/05/2020 mengatakan bahwa  ada 6 dampak yang mempengaruhi sektor pertanian yaitu harga pasar dan pertanian yang menciptakan pasar dan transaksi yang tidak semestinya sehingga akan memperngaruhi stabilitas supply dan demand barang, rantai pasokan melambat dan kekurangan akibat logistik mengalami kesulitan, kesehatan petani yang mayoritas relatif umurnya lebih tua dibanding dengan pekerjaan umum yang dapat menimbulkan kepanikan aktivitas petani, tenaga kerja pertanian, keselamatan pekerja dan alat pelindung diri (APD), dan gangguan lainya.

Keadaan sulit adanya pandemik berbagai sektor di kehidupan mengalami kendala masing– masing. Pada sektor pertanian yang mengharuskan tetap memproduksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sedang berjuang untuk menstabilkan keadaan pertanian. Kepanikan dan kekhawatiran petani menjadi salah satu keluhan yang terdengar karena aktivitas yang sebelumnya tidak berjalan dengan semestinya saat ini. Petani berusaha untuk dapat memproduksi secara optimal melewati jatuh bangun untuk menjaga ketahanan pangan. Untuk itu masyarakat dan pemerintah untuk menunjukan dukungan dan solusi yang terbaik bagi petani di Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan.

Agar mewujudkan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan ditengah pandemi covid-19 maka perlu dilakukan hal-hal seperti tunjukkan empati dan keberpihakan kepada petani. Saat ini kampanye penanganan Covid-19 masih tampak bias hanya di perkotaan. Bagaimanapun juga, petani adalah salah satu profesi yang sering mengalami ketidakpastian, baik dari alam, seperti cuaca, maupun dari realisasi pasar. Krisis pandemi Covid-19 menambah sumber ketidakpastian di kalangan pelaku perekonomian termasuk petani. Pemimpin di pusat dan daerah perlu berdialog dengan petani dan pelaku pertanian lebih intensif untuk menggali permasalahan dari mulai hal-hal besar yang sifatnya struktural juga hal-hal mendetail di lapangan. Pedagang-pedagang di pasar induk dan sentra-sentra produksi di pinggiran-pinggiran harus diobservasi dan diajak dialog untuk memecahkan masalah. Selain itu ketenangan dan kepastian di kalangan petani akan membantu ketahanan fisik dan mental petani menghadapi krisis pandemi Covid-19. Untuk ini, jika diperlukan untuk mengoptimalkan kelembagaan dan meningkatkan sense-of-sectoral crisis, perlu dibuat pokja (kelompok kerja) khusus penanganan sektor pertanian.

rekomendasi untuk akademisi, pengamat atau peneliti sektor pertanian. Ini saat yang tepat untuk mengkaji dan meneliti kelemahaan-kelemahan sektor pertanian di Indonesia. Adanya krisis yang dibarengi dengan almost complete autarky (restriksi perdagangan internasional) memberikan ruang eksperimen kepada sistem pertanian kita untuk diuji sehingga kita bisa mengkaji “lubang-lubang” kelemahan agar ketahanan pangan dan cita-cita swasembada pangan kita di masa yang akan datang dapat dicapai. 

Bagiamanapun juga sektor pertanian tetap harus bergerak untuk menjaga ketahanan pangan. Selain itu, peran mahasiswa juga dibutuhkan, mahasiswa sebagai penggerak diharapkan dapat mengajarkan petani menjaga protokol kesehatan, melakukan inovasi-inovasi pertanian ditengah pandemi, mengatur strategi bisnis dan ekonomi petani yang terdampak covid-19, serta menerapkan sistem pertanian terpadu demi terciptanya pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan.


Suci Nur Afeland

Mahasiswi Proteksi Tanaman Universitas Andalas

0 komentar:

Posting Komentar