fakta.news |
Pendahuluan
Untuk mendukung kebutuhan jagung sebagai bahan pangan, dan bahan pokok bagi industri pakan ternak maka diperlukan jaminan ketersediaan jagung dengan mutu yang baik. Jagung merupakan produk musiman yang mudah rusak, untuk itu perlu diterapkan teknologi pasca panen yang tepat agar komoditi jagung tetap tersedia sepanjang tahun, tidak mudah rusak dan lebih tahan disimpan.
Masalah utama dalam penanganan pasca panen jagung di tingkat petani adalah masih tingginya kehilangan hasil mulai dari panen sampai pasca panen. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penanganan panen dan pasca panen serta alsin yang cukup mahal.
Penanganan pasca panen yang tepat diperlukan untuk mendapatkan jagung yang bermutu tinggi dan menekan kehilangan hasil. Penanganan yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga jagung. Teknologi penanganan pasca panen dapat menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu.
Tulisan ini, akan menguraikan penanganan panen dan pasca panen jagung. Rangkaian kegiatan pasca panen sejak panen diikuti pengeringan, pemipilan, pembersihan dan penyimpanan. Rangkaian kegiatan tersebut saling berkaitan, hasil satu kegiatan mempengaruhi hasil tahap berikutnya.
PENANGANAN PASCA PANEN JAGUNG
PENGERINGAN
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Disamping itu tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%. Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah. Oleh karena itu disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan. Pengeringan jagung idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan. Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air 13% sehingga tahan untuk disimpan.
Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari sebaiknya dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara drastis, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini adalah yang termurah. Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara pengasapan. Cara ini bisa digunakan untuk mengamankan hasil jagung dimusim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi 14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari. Untuk tujuan benih, pengasapan lebih baik dari pada penjemuran ditinjau dari daya tumbuh dan serangan jamur.
Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain. Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan. Untuk jagung konsumsi temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif 40%, sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40Oc, karena temperatur diatas 45oC dapat mematikan embrio.
PEMIPILAN
Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan motor. Jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan kedalam lubang pemipil (hopper) dan karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang berlangsung dalam corn sheller maka butir-butir biji akan terlepas dari tongkol, butir-butir tersebut langsung akan keluar dari lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung. Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100% butir-butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya (kecuali butir-butir yang terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol). Kualitas pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil.
Sortasi dan Pembersihan
Sortasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kualitas yang seragam dan mengelompokkan bahan dengan kualitas yang sama. Sortasi jagung memisahkan biji jagung sehat (baik) dari biji-biji pecah, rusak, dan hampa serta untuk menyeragamkan ukuran butirannya. Proses pembersihan bertujuan untuk membersihkan butiran jagung dari kotoran seperti sisa tongkol, seresah, dan kotoran-kotoran lainnya. proses sortasi dan pembersihan dapat dilakukan dengan cara manual (konvensional) menggunakan tangan dan peralatan sederhana atau dengan menggunakan cara mekanis yaitu menggunakan alat dan mesin pertanian. Secara manual sortasi dan pembersihan pipilan jagung dapat dilakukan dengan cara : a) menggunakan tangan untuk memilih dan memisahkan jagung yang rusak, pecah, hampa, dan kotoran-kotoran yang terbawa, b) menggunakan ayakan, jagung diayak sehingga kotoran dan jagung yang berukuran kecil akan jatuh dan terpisah sesuai ukurannya.
Sedangkan untuk cara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan blower/winowwer. Prinsip kerja blower/winowwer adalah menghembuskan udara pada pipilan jagung sehingga kotoran-kotoran, jagung berukuran kecil, dan hampa akan terpisah satu sama lain.
PENYIMPANAN
Setelah butir jagung bersih dan memiliki kadar air yang sesuai untuk proses penyimpanan maka proses selanjutnya adalah penyimpanan. Tujuan dari penyimpanan adalah untuk menjaga kualitas yang dimiliki oleh biji-bijian, kualitas dari bijian tidak dapat ditingkatkan selama proses penyimpanan sehingga menjaga agar kualitas butir jagung baik harus dilakukan dari awal proses pascapanen. Tak dipungkiri kerusakan bijian akan terjadi selama proses penyimpanan apalagi jagung adalah bahan biologis yang mengalami proses metabolisme dan kadar air, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Terdapat beberapa faktor penyebab kerusakan bijian, salah satunya adalah jamur, serangga, tikus, respirasi bijian, dan migrasi air.
Penyimpanan pada jagung terbagi menjadi 2 metode yaitu penyimpanan dalam karung dan penyimpanan curah. Secara umum kelebihan serta kekurangan dari kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Namun perlu diperhatikan kedua metode ini aman selama dalam pelaksanaannya semua sesuai dengan aturan.
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyimpanan jagung
No.
|
Dalam karung
|
Curah
|
1
|
Fleksibel
|
Tidak fleksibel
|
2
|
Sebagian dapat ditangani secara mekanis
|
Dapat ditangani secara mekanis seluruhnya
|
3
|
Penanganan lambat
|
Penanganan cepat
|
4
|
Tumpahan banyak
|
Tumpahan sedikit
|
5
|
Modal rendah
|
Modal besar
|
6
|
Biaya oprasi tinggi
|
Biaya operasi rendah
|
7
|
Potensi kehilangan karena hama tikus tinggi
|
Potensi kehilangan karena hama tikus rendah
|
8
|
Pengulangan serangan hama dapat terjadi
|
Perlindungan terhadap serangan hama kembali lebih baik
|
Penyimpanan diatas Para-para
Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang ditempatkan dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para diatas dapur dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga. Pada cara ini sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun diatas para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap yang mengandung formaldehid, phenol dan cresol secara merata. Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus atau perangkap tikus lainnya.
Penyimpanan dalam Karung Plastik atau tempat penyimpanan lainnya.
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21oC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
Setelah menentukan metode penyimpanan yang digunakan, perawatan perlu dilakukan untuk menjaga agar butir jagung tidak terserang hama dan penyakit selama proses penyimpanan. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi aerasi dan fumigasi. Aerasi adalah pengaliran udara kedalam ruang simpan untuk menjaga kelembaban dan temperatur ruang simpan, kemudian fumigasi adalah pemberian obat dalam bentuk gas (asap) ke dalam ruang simpan untuk memberantas hama.
Syarat udara untuk aerasi adalah suhu udara rendah (dingin) dan kelembabannya juga rendah (kering). Aerasi akan menghilangkan panas, bau apek, dan uap air sehingga potensi terserang hama dan penyakit berkurang. Aerasi juga berfungsi untuk mencegah perkecambahan serta mengurangi pemakaian bahan kimia. Selanjutnya untuk fumigasi, jenis pestisida yang digunakan untuk pemberantasan hama dan serangga haruslah memenuhi syarat berikut ini [5]: a) efektif pada cara pengunaan yang ekonomis, b) tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL), c) tidak mempengaruhi kualitas, rasa, dan bau bahan pangan; dan d) tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat. Sebagai contoh BULOG menggunakan gas metil bromida dan phosphine sebagai bahan fumigasi gudang penyimpanannya.
Ketika semua proses pascapanen dari jagung diatas sudah terlaksana maka jagung dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama dan kualitas yang tidak jauh berkurang dari awal proses pemanenan. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak teknologi yang diterapkan pada bidang pertanian yang akan memudahkan para petani untuk mengambil hasil dari lahannya dan meningkatkan nilai tambah dari hasil panen yang didapatkannya.
MUTU DAN STANDAR MUTU JAGUNG
Mutu adalah sejumlah sifat karakteristik dari suatu komoditi yang membedakan suatu produk dan mempunyai nilai pasti dan mencerminkan tingkat penerimaan konsumen. Tidak semua sifat-sifat yang dimililiki suatu produk digunakan sebagai komponen mutu dalam standar mutu, hanya yang berkaitan dengan tingkat penerimaan konsumen dan untuk menentukan harga dalam perdagangan.
Pada prinsipnya ada dua persyaratan faktor-faktor penentu mutu yaitu:
Persyaratan Kualitatif
1. Biji jagung harus bebas dari hama dan penyakit.
2. Biji jagung harus bebas dari bau busuk, masam, apek, atau bau asing lainnya.
3. Biji jagung harus bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik.
Persyaratan Kuantitatif
Pada umumnya meliputi komponen-komponen mutu sebagai berikut:
1. Kadar air : Jumlah kandungan air didalam butiran jagung dan dinyatakan dalam persentase bobot basah
2. Butir rusak : Biji jagung yang dinyatakan rusak karena biologis, khemis, mekanis, fisis, maupun enzimatis seperti berkecambah, busuk, berbau tidak disukai, berubah bentuk maupun berubah warna karena sebab-sebab diatas.
3. Butir warna lain : Biji-biji jagung yang berwarna lain seperti tercampur dengan varietas lain.
4. Butir pecah : Butir jagung sehat yang pecah selama pengolahan yang mempunyai ukuran yang sama atau lebih kecil dari 6/10 bagian butir utuh.
5. Kotoran : Benda-benda yang terdapat dalam contoh yang diperiksa seperti batu, tanah, biji-bijian lain, sisa tanaman lainya, termasuk butir pecah, atau termasuk butir retak.
Standar Mutu Jagung menurut SNI No. 01-3920-1995
1. Persyaratan kualitatif adalah bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk, asam atau bau asing lainnya dan bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida
2. Persyaratan Kuantitatif adalah kelas mutu biji jagung
No
|
Komponen
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
1
|
Kadar air (% maks)
|
14
|
14
|
15
|
2
|
Butir rusak (% maks)
|
2
|
4
|
6
|
3
|
Butir warna lain (% maks)
|
1
|
3
|
7
|
4
|
Butir pecah % mak)
|
1
|
2
|
3
|
5
|
Kotoran (% maks)
|
1
|
1
|
2
|
Referensi :
[1] Sudarti & Turang, A. C. 2015. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 padahttp://sulut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=630&Itemid=76.
[2] Hidayat, Y. Y. 2017. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 pada http://nuansatani.com/penanganan-pasca-panen-jagung/
[3] Kurnianto, M. 2016. Menteri Amran Kagum Inovasi Alat Pemanen Jagung. Diakses pada 4 September 2017 pada https://m.tempo.co/read/news/2016/06/23/061782497/menteri-amran-kagum-inovasi-alat-pemanen-jagung.
[4] Haryoto, 1995.Membuat Alat Pemipil Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
[5] Sidik, M. & Halid, H. 1983. Sistem Penyimpanan dan Perawatan Kualitas Bahan Pangan di Bidang Urusan Logistik.
[6]Nur Asni. Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Untuk Meningkatkan Mutu Jagung Ditingkat Petani . BPTP Jambi.
·
thanks for sharing, sukses terus..
BalasHapusKunjungi juga http://bit.ly/2JBHX2v